![]() |
Gambar: NOMELON NOLEMON, Pengisi Soundtrack Anime Gundam GQuuuuuuX. (Sumber: Youtube NOMELON NOLEMON). |
Di tengah gemerlap Anime Expo 2025, sebuah nama baru mengguncang panggung utama: NOMELON NOLEMON. Duo musik Jepang ini tampil memukau di panel Gundam GQuuuuuuX, memperkenalkan suara dan semangat mereka kepada dunia dengan cara yang tak terlupakan. Bagi sebagian besar penggemar internasional, inilah momen pengenalan pertama pada pasangan musikal yang terdiri dari tsumiki, sang komposer jenius, dan MIKIMARIA, vokalis dengan suara yang tajam namun penuh emosi.
Mobile Suit Gundam GQuuuuuuX menceritakan kisah Amate Yuzuriha, seorang siswi SMA yang hidup di koloni luar angkasa. Kehidupannya berubah setelah bertemu dengan Nyaan, seorang pengungsi perang, yang membawanya ke dunia Clan Battle, sebuah ajang pertarungan mobile suit ilegal. Amate, dengan nama samaran "Machu", mengendalikan GQuuuuuuX, dan terlibat dalam pertempuran sengit setiap hari. Munculnya Gundam misterius yang dikendalikan oleh Shūji, seorang pemuda yang diburu oleh militer dan polisi, menandai dimulainya era baru yang penuh tantangan bagi Amate.
Tahun ini adalah peringatan empat tahun sejak terbentuknya NOMELON NOLEMON, namun mereka sendiri merasa baru saja memulai perjalanan panjang mereka menuju puncak. Dengan akar musik yang berpijak pada J-pop, pop-rock, dan elektronik, mereka bukan sekadar mengikuti arus industri musik Jepang—mereka menciptakan aliran mereka sendiri.
Tsumiki memulai kariernya sebagai produser musik Vocaloid, membuat komposisi digital yang memperkenalkannya pada kemungkinan kreatif tak terbatas. Di sisi lain, MIKIMARIA memulai sebagai penyanyi solo, mengunggah cover lagu ke media sosial hingga akhirnya menarik perhatian tsumiki.
"Aku menemukan MIKIMARIA melalui unggahan-unggahannya, dan langsung terpikir: 'Kita harus melakukan sesuatu bersama'," ungkap tsumiki. Maka lahirlah NOMELON NOLEMON, nama palindrome yang terdengar unik namun menyimpan kesan yang tak terlupakan. "Tidak ada makna mendalam di balik nama itu, aku hanya menyukai frase yang tetap sama dibaca dari atas maupun bawah," katanya dengan senyum.
Terobosan besar mereka di panggung internasional datang lewat kontribusi mereka dalam Gundam GQuuuuuuX. Lagu-lagu seperti “Midnight Reflection”, “afterimage”, dan “HALO” bukan hanya menghiasi adegan-adegan penting, tapi juga menyuarakan jiwa emosional karakter yang muncul dalam cerita.
MIKIMARIA bahkan turut menyumbangkan suaranya untuk lagu sisipan “From the Aquarium City,” yang menuai pujian luas dari penggemar. Tak sedikit yang menyamakan sosok MIKIMARIA dengan karakter Machu, baik dari siluet, gaya rambut, hingga tinggi badan—sebuah kebetulan yang membuatnya semakin dekat secara emosional dengan serial ini. “Aku rasa, kemiripan fisik itu hanyalah bonus lucu,” ujarnya sambil tertawa, “aku ingin percaya kalau aku dipilih karena kemampuanku bernyanyi.”
Berbeda dengan banyak musisi yang menyesuaikan lagu untuk adegan tertentu, tsumiki punya pendekatan yang lebih menyeluruh. “Aku menyerap semangat keseluruhan cerita,” jelasnya. “Alih-alih membuat lagu untuk satu momen, aku menciptakan lirik yang bisa terasa relevan untuk banyak adegan, banyak makna, dan banyak emosi.”
Meskipun demikian, ada inspirasi tertentu yang tak bisa dihindari. Lagu “HALO” yang mengiringi perasaan Machu terhadap Shuji, atau “afterimage” yang menyiratkan perasaan Nyaan, secara tak langsung menyatu dengan karakter-karakter itu. “Saat menulis, tentu ada gambar yang terbentuk di kepalaku,” kata tsumiki, “tapi aku ingin setiap orang bisa merasakannya dengan cara mereka sendiri.”
MIKIMARIA pun mengambil pendekatan serupa. Ia tak mengubah cara bernyanyinya demi mencerminkan karakter tertentu, melainkan membiarkan emosi dari cerita dan musik mengalir dalam nyanyiannya. “Aku menyanyikan lagu seperti menyampaikan perasaan yang kutangkap dari naskah dan keseluruhan seri,” tuturnya.
Menembus Batas Bahasa dan Negara
Kontribusi mereka pada Gundam bukan hanya soal musik. Bagi tsumiki, ini juga soal hubungan pribadi—ayahnya adalah penggemar Mobile Suit Gundam generasi pertama. Melihat sang ayah tersenyum bangga saat mendengar karyanya di waralaba ikonik itu adalah kebahagiaan tersendiri. Sedangkan bagi MIKIMARIA, keterlibatannya di seri ini membuatnya merasa mereka “naik level” sebagai musisi. “Kami menyeberangi batas negara, dan aku sangat bersyukur bisa berbagi musik ini dengan dunia,” katanya.
Meski belum ada rencana konkret untuk tur di Amerika Serikat, keduanya menyatakan keinginan kuat untuk kembali tampil secara live di luar Jepang. Reaksi dari penonton Anime Expo memberi mereka gambaran tentang bagaimana musik mereka resonansi secara universal, bahkan tanpa harus mengerti semua kata-katanya.
Kini, di tahun keempat mereka, NOMELON NOLEMON tetap berpegang pada filosofi awal mereka: membuat musik yang mereka sukai pada saat itu. Tidak ada formula yang baku, tidak ada target industri yang membatasi. Mereka hanya ingin terus menciptakan, terus menyampaikan emosi, dan membawa musik Jepang ke lebih banyak telinga di seluruh dunia.
Dengan pesona unik, suara khas, dan semangat tulus dalam bermusik, NOMELON NOLEMON menunjukkan bahwa musik yang jujur bisa menembus batas bahasa dan budaya. Dan dengan setiap nada yang mereka nyanyikan, mereka mengajak kita semua masuk ke dalam dunia mereka—sebuah dunia yang tak mengenal batas, tak mengenal arah, karena seperti nama mereka sendiri: NOMELON NOLEMON—simetris, seimbang, dan penuh warna.
(Damar Pratama Yuwanto/berbagai sumber)