![]() |
Stan Lee Pencipta Spiderman. (Sumber: Spiderman Wikifandom). |
Ketika membicarakan dunia komik Marvel, banyak karakter ikonik bermunculan: Iron Man, Hulk, Thor, X-Men, hingga Fantastic Four. Namun, ada satu karakter yang secara khusus mendapat tempat paling istimewa di hati Stan Lee — Spider-Man. Sang “Bapak Marvel” berulang kali menegaskan bahwa dari sekian banyak tokoh yang ia ciptakan bersama rekan-rekannya, Peter Parker adalah karakter favoritnya.
Lalu, apa alasan sebenarnya Stan Lee begitu menyayangi Spider-Man?
1. Superhero Pertama yang Benar-Benar Remaja
Sebelum Spider-Man lahir di komik Amazing Fantasy #15 (1962), tokoh remaja dalam dunia superhero biasanya hanya berperan sebagai sidekick (pembantu pahlawan utama), seperti Robin bagi Batman. Stan Lee merasa bahwa dunia nyata lebih dekat dengan sudut pandang remaja, karena mereka menghadapi masalah yang rumit, mulai dari sekolah, cinta, hingga mencari identitas diri.
Dengan menciptakan Peter Parker, Stan Lee menghadirkan remaja sebagai pahlawan utama, bukan sekadar pendamping. Hal ini membuat pembaca muda bisa langsung merasa dekat, karena Peter mengalami masalah yang sama dengan mereka, meskipun memiliki kekuatan super.
2. “Superhero dengan Masalah Sehari-hari”
Spider-Man berbeda dengan Superman atau Batman yang digambarkan nyaris sempurna. Peter Parker adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama Bibi May dan Paman Ben, sering ditindas di sekolah, kesulitan keuangan, bahkan gagal dalam percintaan.
Stan Lee selalu mengatakan bahwa inilah kekuatan terbesar Spider-Man: ia adalah manusia biasa dengan masalah nyata, yang kebetulan memiliki kekuatan super. Pembaca bisa melihat dirinya sendiri dalam sosok Peter Parker, dan merasa terhubung lebih kuat dibandingkan dengan pahlawan lain yang terlalu “jauh dari realitas”.
3. Simbol Moralitas: “With Great Power Comes Great Responsibility”
Kalimat ikonik dari Paman Ben — “Dengan kekuatan besar, datang pula tanggung jawab besar” — bukan hanya motto Spider-Man, tetapi juga prinsip hidup yang sangat diyakini Stan Lee.
Bagi Lee, Spider-Man bukan sekadar tentang aksi melawan penjahat, tetapi juga tentang moralitas, tanggung jawab, dan kemanusiaan. Pesan ini yang membuat Spider-Man lebih abadi, karena menyampaikan nilai yang relevan lintas generasi.
4. Karakter yang Dekat dengan Semua Kalangan
Berbeda dengan Iron Man yang seorang miliarder, atau Thor yang dewa mitologi, Spider-Man adalah “pahlawan dari jalanan”. Ia tinggal di apartemen kecil di Queens, naik bus umum, bahkan berjuang membayar uang kuliah.
Stan Lee menyukai bahwa Spider-Man bisa menjadi “siapa saja”. Saat mengenakan kostum, identitas Peter tertutupi sepenuhnya, sehingga pembaca bisa membayangkan dirinya adalah sang pahlawan. Inklusivitas ini menjadikan Spider-Man karakter yang dicintai semua orang, tidak peduli usia, ras, atau status sosial.
5. Kedekatan Emosional Stan Lee
Stan Lee sering bercerita bahwa ia menaruh banyak aspek pribadinya ke dalam karakter Peter Parker: humor, rasa tidak percaya diri, dan idealisme. Bahkan, dalam wawancara terakhirnya, Stan Lee menegaskan bahwa jika ia bisa menjadi salah satu superhero ciptaannya, ia akan memilih menjadi Spider-Man.
Alasan Stan Lee begitu menyayangi Spider-Man bukan hanya karena ia menciptakan karakter yang populer, tetapi karena Spider-Man adalah manifestasi dari manusia biasa yang mencoba melakukan hal benar, meski hidup penuh kesulitan.
Bagi Stan Lee, Spider-Man bukan hanya superhero — ia adalah cermin dari kehidupan nyata, harapan, dan perjuangan setiap orang. Dan itulah yang membuatnya lebih istimewa dibandingkan pahlawan Marvel lain.
(Damar Pratama Yuwanto/berbagai sumber)