JEDADULU.COM -- Mengurangi asupan makanan mengandung karbohidrat memang sering dianggap sebagai cara cepat untuk menurunkan berat badan. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa memotong karbohidrat terlalu drastis justru bisa membawa risiko serius bagi kesehatan jantung.
Tubuh kita membutuhkan karbohidrat sebagai sumber energi utama, dan ketika kekurangan, tubuh akan memaksa diri mencari sumber energi alternatif yang tidak selalu sehat. Akibatnya, metabolisme bisa terganggu, kadar kolesterol jahat meningkat, dan tekanan darah menjadi tidak stabil. Lebih jauh lagi, pola makan sangat rendah karbohidrat dapat memengaruhi ritme detak jantung serta menyebabkan peradangan yang berbahaya bagi pembuluh darah.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa kesehatan jantung tidak hanya bergantung pada seberapa sedikit kita makan, tetapi pada keseimbangan nutrisi yang kita konsumsi setiap hari. Mengurangi karbohidrat boleh saja, tetapi harus dilakukan dengan bijak dan tetap mempertimbangkan kebutuhan tubuh secara menyeluruh.
Pasalnya, diet rendah karbohidrat memang dapat mengurangi berat badan dan lemak tapi juga meningkatkan kolesterol LDL ‘jahat’ yang dapat membahayakan kesehatan jantung. Seperti dilaporkan laman Everyday Health, Rabu (3/12/2025), para peneliti menganalisis lebih dari 170 uji coba terkontrol acak dari 27 negara yang melibatkan lebih dari 11.000 orang dewasa, yang sebagian besar mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Pada semua diet rendah karbohidrat, data mengungkapkan pengurangan keseluruhan dalam berat badan, BMI, ukuran pinggang, dan massa lemak, termasuk lemak perut, yang meningkatkan risiko penyakit jantung lebih dari lemak yang disimpan di bagian tubuh lainnya.
Sisi negatifnya adalah rata-rata peserta studi yang mengikuti diet rendah karbohidrat mengalami peningkatan kolesterol LDL 'jahat' (sekitar 4 hingga 5 mg/dL), dan mereka kehilangan sedikit massa otot.
“Diet rendah karbohidrat lebih tinggi lemak. Ketika persentase kalori dari lemak meningkat, tidak mengherankan jika terjadi peningkatan kolesterol LDL, terutama jika jenis lemaknya sebagian besar jenuh, seperti mentega, keju, dan daging berlemak," ujar spesialis perawatan dan edukasi diabetes bersertifikat Elisabetta Politi, CDCES, RD, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Temuan oleh para peneliti menunjukkan mengurangi karbohidrat, terutama karbohidrat olahan dan olahan tinggi, dapat membantu menurunkan berat badan dan meningkatkan beberapa indikator kesehatan jantung. Tetapi mengganti karbohidrat sehat seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan dengan makanan tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan faktor risiko penyakit jantung tertentu.
Namun demikian, kata peneliti, manfaat kesehatan jantung lainnya dapat membenarkan diet rendah karbohidrat bagi banyak orang, jika dilakukan dengan panduan nutrisi untuk membantu memastikan bahwa pola makan tersebut mencakup jenis karbohidrat sehat yang tepat dan membatasi lemak jenuh.
Diet rendah karbohidrat dalam analisis ini memperbolehkan sekitar 50 hingga 130 g karbohidrat per hari (10 hingga 26 persen dari kalori harian).
Mengganti karbohidrat dengan lemak dan protein memberikan manfaat keseluruhan yang paling kuat bagi kesehatan jantung dan metabolisme. Orang yang mengurangi karbohidrat dan menggantinya dengan lemak (apa pun jenisnya) mengalami peningkatan kolesterol HDL 'baik' dan penurunan trigliserida.
Mereka yang mengganti karbohidrat dengan protein mengalami penurunan kadar kolesterol total. Orang yang mengonsumsi keduanya mengalami peningkatan tekanan darah, peradangan, fungsi endotel, dan berbagai pengukuran komposisi tubuh.
Hal ini menurut para peneliti menunjukkan bahwa penggantian kombinasi (campuran protein dan lemak pada diet rendah karbohidrat) tampaknya optimal untuk meningkatkan kesehatan kardiovaskular, berat badan, dan massa otot.
(***)
