Home > Serba Serbi

Ingin Menggali Bakat Terpendam? Coba Pelajari Teori Kecerdasan Majemuk Howard Gardner

Menurut Gardner, kecerdasan manusia bukan merupakan sebuah konsep tunggal atau bersifat umum, melainkan merupakan beberapa set kemampuan spesifik.
Ilustrasi Kecerdasan Majemuk: Frames of Mind.
Ilustrasi Kecerdasan Majemuk: Frames of Mind.

Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Earl Gardner melalui bukunya "Frame of Mind: Theory of Multiple Intelligences" pada tahun 1983 dianggap sebagai sebuah gagasan revolusioner (Gardner, 2011; Candler, 2011).

Menurut Gardner, kecerdasan manusia bukan merupakan sebuah konsep tunggal atau bersifat umum, melainkan merupakan beberapa set kemampuan spesifik. Semuanya merupakan perwujudan fungsi dari bagian-bagian otak yang terpisah.

Sebelumnya, para psikolog cenderung tertarik pada konsep kecerdasan umum (general intelligence), yang mencerminkan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dan menggunakan penalaran logis di berbagai bidang ilmu. Konsep kecerdasan umum ini, sebagian besar, dikenal melalui tes IQ (intelligence quotient) yang muncul pada awal abad ke-20 untuk mengevaluasi kemampuan anak-anak dalam memahami, berpikir logis, dan membuat penilaian (Shearer & Karanian, 2017; University of Minnesota, 2010).

Sebagai catatan, walaupun cukup populer, nyatanya konsep yang diajukan Gardner ini menuai banyak kritik karena kurangnya bukti empiris: tidak ada bukti efektivitas, tidak ada bukti neurologis, tidak ada alat ukur, dan ambigu dalam definisi dalam membedakan antara bakat dan kecerdasan. Konsep multiple intelligence tidak ilmiah, tetapi hanya pseudosains (sains semu).

Namun, Para ahli sendiri belum sepakat mengenai definisi kecerdasan, alat ukur yang tepat untuk mengukur kecerdasan, dan apa arti dari skor kecerdasan seseorang. Definisi Kecerdasan dan heratabilitasnya masih sangat kontroversial. Karena itu tak ada salahnya mempelajari Teori ini.

Teori kecerdasan ganda Howard Gardner menyatakan bahwa kecerdasan tidak hanya terbatas pada satu jenis, melainkan terbagi menjadi beberapa jenis atau domain yang independen satu sama lain. Gardner mengidentifikasi delapan jenis kecerdasan ganda, yaitu:

1. Kecerdasan Linguistik:

Kemampuan menggunakan dan memahami bahasa secara efektif.

2. Kecerdasan Logis-Matematis:

Kemampuan dalam pemecahan masalah, logika, dan matematika.

3. Kecerdasan Visual-Ruang:

Kemampuan dalam persepsi visual, orientasi spasial, dan pemahaman gambar.

4. Kecerdasan Musikal:

Kemampuan dalam apresiasi musik, komposisi, dan keterampilan musik.

5. Kecerdasan Tubuh-Kinestetik:

Kemampuan dalam gerakan tubuh, koordinasi, dan keterampilan fisik.

6. Kecerdasan Interpersonal:

Kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain.

7. Kecerdasan Intrapersonal:

Kemampuan untuk memahami diri sendiri, termasuk motivasi, tujuan, dan emosi.

8. Kecerdasan Naturalis:

Kemampuan dalam mengenali dan mengelompokkan alam semesta serta fenomena alamiah. Artinya, kecerdasan naturalis ini berkaitan dengan kemampuan untuk memahami dan bekerja secara efektif di dunia alam, seperti menjadi ahli biologi, ornitologis, petani, dan koki.Menurut teori ini, setiap individu memiliki kombinasi kecerdasan yang berbeda-beda, dan pendidikan yang efektif harus memperhatikan variasi ini dengan memberikan kesempatan untuk berkembang dalam berbagai domain kecerdasan tersebut.

Pendapat Howard Gardner:

Meskipun tes IQ membantu dalam menjelaskan mengapa beberapa pelajar unggul dalam berbagai mata pelajaran, Gardner (2011) menganggap konsep tersebut terlalu terbatas. Minatnya dalam bermain piano, sebagai contoh, menimbulkan pertanyaan tentang mengapa aspek seni tidak diakomodasi dalam pembicaraan tentang kecerdasan.

Sebagai seorang mahasiswa pascasarjana psikologi pada tahun 1960-an, Howard Earl Gardner merasa "terkejut oleh kekurangan praktis seni dalam buku teks yang dominan pada masa itu" (Gardner, 2011). Pertanyaan dan kekagetan tersebut menjadi awal dari pemikiran besar Gardner, yaitu bahwa konsep umum tentang kecerdasan tunggal tidak sesuai dengan realitas yang ia amati.

Contoh dan Pembahasan:

Gardner mengambil contoh Wolfgang Amadeus Mozart, seorang pianis yang sangat dihormati baginya, untuk menunjukkan bahwa kejeniusan dalam menciptakan musik hanya dapat dijelaskan melalui kecerdasan musik (Gardner, 2011).

Dari situ, Gardner mulai meragukan, "Apakah masalahnya bukan bahwa setiap individu menunjukkan berbagai macam kemampuan intelektual—mulai dari bahasa hingga kemampuan sosial dan logika—yang sering saling memperkuat, dan berubah seiring waktu berdasarkan minat dan upaya individu tersebut?" (Gardner, 2011).

(Damar Pratama Yuwanto/berbagai sumber)

× Image