Home > Serba Serbi

Hujan Turun Awet di Wilayah Jakarta dan Sekitarnya Beberapa Hari Terakhir, Ini Penyebabnya

Bibit siklon tropis yang bergerak lamban dan tidak segera menjauh menuju Australia memicu propagasi hujan yang kuat di sebagian besar wilayah Indonesia.
Hujan lebat di Jakarta/ilustrasi. (Foto: republika.co.id)
Hujan lebat di Jakarta/ilustrasi. (Foto: republika.co.id)

SERBA SERBI -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan hujan yang mengguyur lama di wilayah Indonesia dipicu vorteks (091S) yang berubah menjadi bibit siklon 18S cenderung bergerak lambat karena tekanan rendah di timur yang kini telah menjadi dua vorteks.

Menurut Periset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, melalui akun media sosial (medsos) X miliknya yang dikutip di Jakarta, Kamis (14/3/2024), bibit siklon tropis itu bergerak lamban dan tidak segera menjauh menuju Australia.

"Inilah yang telah memicu propagasi hujan yang kuat dan maraknya pembentukan badai squall line, pemicu hujan persisten berhari-hari, bahkan intensitas hujan bisa ekstrem yang disertai angin kencang," kata Erma.

Erma mengungkapkan, efek pergerakan bibit siklon 18S dari barat ke timur (selatan Jawa Timur) menyebabkan hujan deras persisten di Jawa (Demak, Kudus, Pati, Semarang), Madura, dan Kupang. Hujan yang persisten dipicu oleh squall line efek dari vorteks. Ia mengingatkan agar wilayah Semarang dan Kupang waspada mengantisipasi dampak fenomena tersebut.

Kemunculan bibit siklon 91S yang berada di Samudra Hindia bagian tenggara, tepatnya sebelah barat daya Banten juga telah menimbulkan hujan di Banten dan Jabodetabek.

Menurut Erma, bibit siklon 91S yang kian mendekat ke Jabodetabek merupakan momen langka. Fenomena itu mengulang penyebab banjir besar Jakarta pada 2002 karena vorteks telah menyebabkan hujan dini hari yang persisten selama berhari-hari di Jakarta dan sekitarnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan ada tiga bibit siklon tropis di wilayah Indonesia.

Bibit siklon tropis 91S yang berada di sebelah tenggara Samudera Hindia memiliki kecepatan angin maksimal 25-35 knots dan tekanan udara minimum 997 hPa bergerak ke arah tenggara menjauhi wilayah Indonesia.

Selanjutnya, bibit Siklon Tropis 94S terpantau di Laut Timor bagian selatan, tenggara Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimal 1000 hPa bergerak ke arah timur.

Adapun bibit Siklon Tropis 93P masih terpantau di Teluk Carpentaria, bagian timur laut Australia, Tenggara Papua, dengan kecepatan angin maksimal 15-20 knots dan tekanan udara minimal 1004 hPa bergerak ke arah timur hingga tenggara.

Kemunculan tiga bibit siklon tropis sekaligus itulah yang menyebabkan cuaca basah masih menyelimuti sebagian besar wilayah Indonesia.

× Image