RajaBackLink.com
Menu
Jedadulu

Ide di Rumah Saja Selama Libur Panjang Kenaikan Kelas

Liburan di rumah (foto: pixabay)
 

Usai terima rapor kenaikan kelas, libur panjang pun tiba. Namun, melihat penambahan kasus Covid-19, sebaiknya kita menahan diri untuk tidak berlibur ke luar kota atau ke luar negeri. Jangan sedih, masih ada alternatif lain yang bisa dilakukan hanya dengan di rumah selama libur kenaikan kelas.

Kegiatan ini tentu akan menyenangkan sekaligus bermanfaat, bisa mengisi waktu luang di hari libur panjang yang paling dinantikan anak sekolah. Berikut ini ide-ide bermain di rumah.


Hobi mengasah kemampuan non-akademik

Ada beragam jenis hobi antara lain kesenian, olahraga, memasak, dan lain sebagainya. Hobi merupakan suatu kegiatan rekreasi di waktu luang untuk melepas penat. Setelah mengejar prestasi akademik selama di sekolah, kita juga perlu menyeimbangkannya dengan kegiatan non akademik. Salah satunya adalah dengan menyalurkan hobi. Kita juga bisa mengembangkan bakat dan kemampuan yang kita punya. Bahkan saat ini hobi itu bisa kita salurkan menjadi konten-konten di media sosial.

Bermain board game bersama keluarga


Bermain tentu menjadi hal menyenangkan untuk mengusir rasa bosan bagi anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Board game bisa menjadi salah satu alternatifnya, contohnya seperti bermain monopoli, ular tangga, atau kartu uno. Sekarang banyak variasi board game yang bisa dimainkan. Kegiatan bermain ini ternyata juga bisa membuat ikatan dengan keluarga semakin erat. Selain itu, bermain board game juga bisa melatih kinerja otak, karena melalui permainan tersebut otak terstimulasi untuk berpikir secara kompleks dan membentuk memori.

Berpikir kreatif dengan membuat kerajinan tangan


Banyak kerajinan tangan di kanal YouTube yang bisa ditiru. Contohnya seperti membuat gantungan kunci, menyulam, atau membuat benda lain yang berguna. Barang bekas pun bisa disulap menjadi wadah, pajangan, atau koleksi.  Ternyata melakukan kegiatan ini bisa meningkatkan kreativitas yang tinggi ini dan bisa melatih untuk menggunakan ide-ide baru dalam memecahkan masalah yang tidak terduga nantinya.

Menambah wawasan baru dari buku


Buku adalah jendela dunia. Kita bisa membaca untuk mengisi waktu luang. Selain itu, membaca bisa meningkatkan literasi serta fungsi otak. Tak harus buku pengetahuan, buku fiksi pun bisa menjadi salah satu pilihannya. 

Menonton film kesukaan sekaligus belajar bahasa asing

Terkadang banyaknya tugas dan ulangan dari sekolah membuat kita terlewat berbagai acara televisi atau film kesukaan. Liburan bisa menjadi salah satu waktu untuk menonton film atau serial-serial. Tetapi jangan sampai terlalu asyik menonton hingga lupa waktu untuk istirahat ya. Selain menonton, kita juga bisa belajar bahasa asing dari film kesukaan kita. Contohnya dengan menggunakan subtitle bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan dalam berbahasa Inggris.

(nnn)

Liburan di rumah (foto: pixabay)   U sai terima rapor kenaikan kelas, libur panjang pun tiba. Namun, melihat penambahan kasus Covid-19, seba...
Jedadulu 27 Jun 2021
Jedadulu

Rekor Menanti CR7 Jelang Euro 2020

Cristiano Ronaldo (foto: pixabay)
 


Cristiano Ronaldo kembali berpeluang mencatat sejumlah rekor baru di gelaran Euro 2020 pada 12 Juni-12 Juli 2021. Namun, kali ini tak gampang bagi CR7, julukan Ronaldo, memecahkan sejumlah rekor mengingat Portugal berada di grup maut, Grup F, bersama tim kuat Prancis, Jerman, dan Hungaria. Dilansir dari Sportskeeda, tengah pekan ini, berikut rekor yang bisa dipecahkan Ronaldo di Euro 2020.

- Top Skorer Euro Sepanjang Masa

Butuh 1 gol lagi untuk melewati catatan 9 gol milik legenda timnas Prancis Michel Platini.

- Pemain dengan Penampilan Terbanyak di Euro

Butuh 3 laga lagi untuk melewati rekor legenda kiper timnas Italia Gianluigi Buffon yang telah memainkan 58 laga.

- Pencetak Gol Tertua di Final Euro

Ini jika Portugal lolos ke final dan Ronaldo mencetak gol. Usianya 36 tahun dan 156 hari dan akan memecahkan rekor pemain Jerman Barat, Bernd Holzenbein.

- Top Skorer Dunia di Laga Internasional

Butuh 6 gol lagi untuk melewati rekor legenda striker timnas Iran Ali Daei yang mengoleksi 109 gol.

(nnn)

 

Cristiano Ronaldo (foto: pixabay)   C ristiano Ronaldo kembali berpeluang mencatat sejumlah rekor baru di gelaran Euro 2020 pada 12 Juni-12 ...
Jedadulu 11 Jun 2021
Jedadulu

Meski Gerah Banget, Jangan Pernah Tidur Telanjang, Ini Alasannya

 

Tidur terlelap (foto: pixabay).


Ketika merasa sedang gerah atau kepanasan, sebagian orang sering memilih untuk tidur tanpa mengenakan baju alias telanjang agar badan terasa lebih sejuk. Tunggu dulu, cara seperti itu ternyata justru bisa membuat perasaan gerah semakin menjadi-jadi.

Kepala Ahli Fisiologi Tidur dari Cromwell Hospital, Julius Patrick, seperti dilansir The Sun, Selasa, 8 Juni 2021, menyatakan, ketika seseorang tidur tanpa baju, keringat sebenarnya terkumpul di tubuh dan menetap di sana. Sebaliknya, ketika menggunakan baju berbahan ringan saat tidur, keringat akan meresap ke dalam baju.

Kondisi tersebut akan membantu tubuh untuk merasa lebih sejuk. Patrick mengingatkan, seberapa pun panasnya cuaca ketika akan tidur, ingat bahwa suhu tubuh akan menurun di malam hari.

Hal senada juga disampaikan oleh konsultan ahli neurologi dan ilmu kedokteran mengenai tidur, Dr Guy Leschziner. Ia mengatakan, tidur tanpa mengenakan baju akan membuat tubuh terasa lebih panas atau gerah. Ia menyarankan agar orang-orang lebih baik tidur dengan menggunakan baju dibandingkan tidak mengenakannya.

Leschziner menganalogikan baju yang digunakan saat tidur seperti tali sumbu yang menyerap keringat. Keberadaan baju akan memperluas area untuk keringat bisa menguap.  

Dengan demikian, baju dapat membuat siapa saja merasa lebih sejuk saat terlelap. Leschziner merekomendasikan baju tidur yang terbuat dari kain alami. Misalnya adalah baju dari jenis katun.

(nnn)

 



  Tidur terlelap (foto: pixabay). K etika merasa sedang gerah atau kepanasan, sebagian orang sering memilih untuk tidur tanpa mengenakan baj...
Jedadulu 10 Jun 2021
Jedadulu

15 Kampus Indonesia yang Masuk Peringkat Terbaik di Dunia

Kelulusan para mahasiswa di sebuah universitas (foto: pixabay).
 

Kerja keras seluruh sivitas akademika Universitas Indonesia (UI) selama setahun terakhir mengantarkan hasil signifikan sehingga menempatkannya di ranking 290 dunia versi Quacquarelli Symonds (QS) World University Ranking (naik 15 peringkat dari posisi 305 pada tahun lalu). Pengumuman QS World University Ranking tersebut dapat diakses pada laman http://www.topuniversities.com/university-rankings.

QS melakukan penilaian perankingan berdasarkan enam indikator, yaitu Academic Reputation, Employer Reputation, Citations per Faculty, Faculty/Student Ratio, International Faculty Ratio, dan International Student Ratio. Pencapaian UI tersebut berkat skor tertinggi dalam penilaian Employer Reputation dan International Student Ratio.

Menurut rilis QS, dalam hal Employer Reputation, UI meraih skor 51.8 sehingga berada di peringkat 166 untuk kategori tersebut. UI telah meningkatkan pengakuannya di antara komunitas akademik global sehingga menempati ranking 185 atau termasuk di antara 200 teratas untuk indikator Academic Reputation.

Selain itu, UI telah meningkatkan kapasitas pengajarannya, diukur menggunakan matriks QS Rasio Fakultas/Siswa. Pada rilis yang sama, disebutkan bahwa banyak negara secara agresif berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan, serta menyusun strategi untuk menarik akademisi dan mahasiswa ke universitas. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi global tetap kompetitif seperti sebelumnya.

Pemeringkatan QS World University Rank memberikan analisis komparatif otoritatif tentang kinerja 1.300 universitas top dunia yang dapat ditemukan di 97 lokasi. Ada 6.415 lembaga dinominasikan untuk dievaluasi, 3.775 dievaluasi sebagai memenuhi syarat, dan 1.673 dianalisis. Hasilnya juga memperhitungkan distribusi dan kinerja 14,7 juta makalah akademis yang diterbitkan antara 2015 dan 2019, dan 96 juta kutipan yang diterima oleh makalah tersebut.


Berikut 15 Kampus di Indonesia yang Masuk Peringkat Terbaik Dunia:

(Versi QS World University Ranking)

1. Universitas Gadjah Mada (UGM)
Peringkat dunia: 254

2. Universitas Indonesia (UI)

Peringkat dunia: 290

3. Institut Teknologi Bandung (ITB)

Peringkat dunia: 303

4. Universitas Airlangga (Unair)

Peringkat dunia: 465

5. Institut Pertanian Bogor (IPB)

Peringkat dunia: 511-520

6. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Peringkat dunia: 751-800

7. Universitas Padjadjaran (Unpad)

Peringkat dunia: 801-1.000

8. Bina Nusantara University (Binus)

Peringkat dunia: 1.001-1.200

9. Telkom University

Peringkat dunia: 1.001-1.200

10. Universitas Brawijaya (UB)

Peringkat dunia: 1.001-1.200

11. Universitas Hasanuddin

Peringkat dunia: 1.001-1.200

12. Universitas Andalas (Unand)

Peringkat dunia: 1.201+

13. Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

Peringkat dunia: 1.201+

14. Universitas Sebelas Maret (UNS)

Peringkat dunia: 1.201+

15. Universitas Sumatera Utara (USU)

Peringkat dunia: 1.201+

(nnn)

Kelulusan para mahasiswa di sebuah universitas (foto: pixabay).   K erja keras seluruh sivitas akademika Universitas Indonesia (UI) selama s...
Jedadulu
Jedadulu

Daftar Lengkap Juara Piala Eropa

 

Trofi Piala Eropa (foto: uefa.com)


Turnamen sepak bola antarnegara di Benua Eropa, Piala Eropa (Euro) 2020, segera dihelat pada 11 Juni 2021. Setelah tertunda selama kurang lebih satu tahun akibat pandemi Covid-19, Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) memastikan Piala Eropa 2020 diselenggarakan di 11 stadion sebagai lokasi pertandingan.

Pada Euro 2020, tak ada negara yang ditunjuk sebagai tuan rumah tunggal dalam kejuaraan sepak bola bergengsi Benua Biru ini. Masing-masing stadion yang tersebar di beberapa kota di wilayah Eropa, akan digunakan sebagai tempat pertandingan dari penyisihan grup, 16 besar, perempat final, semifinal hingga partai final Piala Eropa 2020.  

Penentuan juara akan digelar pada 11 Juli 2021. Berikut daftar juara Piala Eropa dari tahun ke tahun. Jerman dan Spanyol masih mendominasi kejuaraan ini.

Daftar Juara Piala Eropa Sepanjang Masa


1960 - Uni Soviet (2-1 vs Yugoslavia)

1964 - Spanyol (2-1 vs Uni Soviet) 

1968 - Italia (1-1, 2-0 [replay] vs Yugoslavia) 

1972 - Jerman Barat (3-0 vs Uni Soviet) 

1976 - Cekoslwakia (2-2, adu penalti 5-3 vs Jerman Barat) 

1980 - Jerman Barat (2-1 vs Belgia) 

1984 - Prancis (2-0 vs Spanyol) 

1988 - Belanda (2-0 vs Uni Soviet) 

1992 - Denmark (2-0 vs Jerman) 

1996 - Jerman (2-1 vs Republik Ceko) 

2000 - Prancis (2-1 vs Italia) 

2004 - Yunani (1-0 vs Portugal) 

2008 - Spanyol (1-0 vs Jerman) 

2012 - Spanyol (4-0 vs Italia) 

2016 - Portugal (1-0 vs Prancis)


Koleksi Gelar Piala Eropa


- Jerman               3  (1972, 1980, 1996)  

- Spanyol             3  (1964, 2008, 2012) 

- Prancis              2  (1984, 2000)  

- Uni Soviet         1  (1960)  

- Italia                  1  (1968)  

- Cekoslowakia   1  (1976)  

- Belanda            1  (1988)  

- Denmark          1  (1992)  

- Yunani              1  (2004)  

- Portugal            1  (2016)


(nnn)

  Trofi Piala Eropa (foto: uefa.com) T urnamen sepak bola antarnegara di Benua Eropa, Piala Eropa (Euro) 2020, segera dihelat pada 11 Juni 2...
Jedadulu 8 Jun 2021
Jedadulu

Anak Penyandang Disabilitas Khawatir tak Bisa Kembali ke Sekolah

Penyandang disabilitas (foto: pixabay)
 

Data penelitian Save the Children yang dilakukan di 46 negara pada Juli 2020, menemukan fakta bahwa terdapat 85 persen orang tua (ortu) terutama ibu dari anak–anak penyandang disabilitas khawatir anak–anak mereka tidak bisa kembali ke sekolah. Bahkan orang tua dari anak perempuan penyandang disabilitas hampir tiga kali lebih cenderung tidak yakin anaknya dapat kembali bersekolah.

“Kekhawatiran orang tua sangat dapat dipahami, karena tantangan yang dihadapi anak–anak penyandang disabilitas sangat besar bahkan tiga kali lipat. Kesetaraan akses, minimnya pemahaman warga sekolah menjadi isu utama. Selain itu juga terbatasnya pengetahuan dan keterampilan para tenaga pendidik dalam memberikan layanan pendidikan inklusi masih menjadi tantangan besar,” ujar Selina Patta Sumbung, CEO Save the Children Indonesia, awal Juni 2021.

Selina juga menegaskan bahwa risiko learning lost terhadap anak penyandang disabilitas juga berimbas pada tumbuh kembang anak tersebut. Jika anak disabilitas tidak mendapatkan hak pendidikan, maka hal ini dapat berdampak pada kondisi kesehatan mental dan fisik anak. "Masalah ini perlu segera ditangani, pemerintah, organisasi, dan masyarakat harus segera bersama-sama memprioritaskan akses dan layanan pendidikan inklusi yang berkualitas,” jelasnya.

Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kekhawatiran yang sama juga dialami oleh para orang tua dengan anak–anak penyandang disabilitas, termasuk tantangan terkait tidak meratanya akses, minimnya penerimaan masyarakat, dan terbatasnya sarana dan prasarana penunjang agar anak–anak penyandang disabilitas dapat belajar.

“Di masa pandemi semua pembelajaran menjadi online, setiap hari latihan soal dan harus dicatat di buku tulis padahal saya mengalami keterbatasan fisik untuk menulis. Sebaiknya guru–guru bisa lebih dekat dengan anak–anak disabilitas sehingga guru bisa memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi anak-anak seperti saya,” tutur Ranti, 16 tahun, penyandang disabilitas fisik, yang juga anggota Bumi Disabilitas.

Menjawab permasalahan tersebut, melalui gerakan #SaveOurEducation yang diinisiasi oleh Save the Children, aksi nyata dengan memberikan dukungan kepada anak–anak disabilitas dan orang tua pun dilakukan. Misalnya melalui kunjungan ke 50 rumah anak–anak penyandang disabilitas dengan memberikan beragam kegiatan seperti membaca buku, belajar bersama, melukis sampai dengan sesi konseling serta kegiatan lainnya. Kegiatan ini bekerja sama dengan komunitas Bumi Disabilitas dan para relawan.
 
Tak hanya kunjungan langsung, memperingati Hari Anak Internasional yang jatuh pada setiap tanggal 1 Juni, Save the Children juga memberikan ruang dan kesempatan kepada anak–anak penyandang disabilitas untuk berdialog secara langsung dengan Bupati Kabupaten Bandung dan Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Kemendikbud Ristek, tentang tantangan yang selama ini dihadapi terutama saat pandemi Covid-19 serta harapan anak-anak untuk pendidikan inklusi.

“Saya berharap diperbanyaknya akses pendidikan gratis untuk anak disabilitas agar tidak ada lagi anak-anak disabilitas yang putus sekolah karena alasan biaya. Dan guru juga lebih bisa memberikan cara belajar yang sesuai dengan keragaman disabilitas anak,“ jelas Ranti.     

(nnn)

Penyandang disabilitas (foto: pixabay)   D ata penelitian Save the Children yang dilakukan di 46 negara pada Juli 2020, menemukan fakta bahw...
Jedadulu 3 Jun 2021