Tower of God, salah satu judul paling legendaris di WEBTOON, telah memikat pembaca global dengan lebih dari 1,3 miliar penayangan kumulatif. Sejak debutnya, kisah ini berkembang menjadi sebuah waralaba utuh, dengan berbagai adaptasi—mulai dari anime, game mobile, hingga format lainnya. Meski sangat populer di seluruh dunia, sang pencipta, SIU, belum pernah bertemu langsung dengan penggemar di Amerika Utara hingga kini.
SIU sendiri adalah nama pena penulis dan ilustrator manhwa Korea Selatan bernama Lee Jong-hui.
Segalanya berubah di Anime Expo 2025 di Los Angeles, saat SIU akhirnya tampil di depan publik Amerika Serikat. Dikenal sebagai sosok tertutup dan jarang muncul di depan publik—bahkan di Korea sekalipun—SIU disambut hangat dengan antusiasme luar biasa. Meskipun suaranya lembut, ia berbicara dengan jelas dan penuh keyakinan, terutama ketika ditanya soal visi kreatif dan perjalanan panjangnya sebagai penutur cerita.
Melalui panel diskusi dan sesi tanda tangan, SIU akhirnya dapat berinteraksi secara langsung dengan komunitas internasional yang telah mengikuti karyanya selama lebih dari satu dekade. Jawabannya mengungkap pemikiran mendalam di balik pembangunan dunia Tower of God, bagaimana ceritanya terus berkembang, dan sejauh mana hubungan emosional ia rasakan dengan para pembaca.
Wawancara Anime News Network:
Bagaimana rasanya bertemu penggemar Amerika Utara untuk pertama kali?
SIU menjawab: “Cuacanya luar biasa dan makanannya juga enak. Saya benar-benar merasakan antusiasme para penggemar—mereka sangat jelas menyatakan apa yang mereka sukai. Meskipun baru saling bertemu, rasanya seperti sudah lama kenal. Kami bisa membicarakan seri ini secara alami, meski sebelumnya tidak pernah bertatap muka.”
Apa momen bersama penggemar yang paling berkesan?
SIU berkata: “Ada seorang penggemar yang bilang karena seri ini, mereka menemukan teman baru. Kalimat itu benar-benar menyentuh saya. Ketika saya mendengar hal seperti itu, saya merasa Tower of God telah menjadi lebih dari sekadar webtoon—ia kini menjadi bagian dari budaya. Jika karya saya bisa memberi pengaruh seperti itu, terutama di event seperti Anime Expo, saya merasa sangat bahagia.”
Mengapa sering muncul referensi ke sepak bola atau musik dalam seri ini?
“Belakangan saya mencoba menahan diri, tapi komik ini cenderung mencerminkan minat saya saat itu. Struktur Tower of God yang berbasis posisi dalam pertarungan membuat saya mengambil istilah dari sepak bola. Selain itu, karena dunia di dalam ceritanya sangat multikultural, tema universal seperti musik dan olahraga terasa sangat cocok.”
Di mana Anda merasa berkembang paling pesat sebagai kreator?
“Saya rasa kreator harus terus mengembangkan ide-idenya. Prioritas utama adalah membuat pembaca tidak bosan. Saya selalu berpikir bagaimana menciptakan cerita yang bisa dinikmati pembaca.”
Seberapa jauh perbedaan cerita dari ide awal waktu Anda masih di dinas militer?
“Banyak sekali. Cerita berkembang seperti halnya manusia. Bahkan saat serialization berlangsung, alur terus berubah. Pembaca juga tumbuh seiring waktu, sehingga wajar jika arah cerita bergeser bersama mereka.”
Kenapa Anda memilih memberi cerita sampingan untuk Urek Mazino?
“Profilnya sangat populer dan karakteristiknya bertolak belakang dengan Bam, menciptakan kontras yang kuat. Banyak kreator ingin menulis karakter yang terasa sebagai protagonis—Urek memang punya aura itu. Suatu hari, saya ingin membuat spin-off dengan fokus pada karakter yang tidak terasa seperti tokoh utama.”
Bagaimana rasanya mengerjakan satu seri selama lebih dari sepuluh tahun?
“Jujur saja, melelahkan (tertawa). Awalnya sistem WEBTOON belum terlalu mapan, berbeda dengan industri manga Jepang yang sudah mapan. Namun, saya percaya jika terus berlanjut, kita bisa muncul sebagai pemain global terdepan.”
Mengapa menurut Anda Tower of God jadi salah satu webtoon pertama yang meraih popularitas global?
“Saya tidak yakin persisnya. Tapi mungkin pembaca yang terbiasa dengan manga Jepang mencari sesuatu yang familiar namun baru, dan Tower of God memenuhi kebutuhan itu. Saya juga tumbuh sambil membaca manga, yang memengaruhi karya saya. Kini, muncul gelombang kreator baru yang tumbuh dari webtoon, dan mereka juga mulai meraih perhatian global. Rasanya lanskap cerita digital semakin beragam.”
Menurut pandangan Anda, apa perbedaan terbesar antara manga dan webtoon?
“Platformnya sangat berbeda. Manga dirancang untuk cetak; webtoon dirancang untuk web. Kecepatan umpan baliknya berbeda total—manga butuh satu atau dua volume baru dapat respons, sedangkan webtoon langsung mendapatkan reaksi setelah satu atau dua episode. Kecepatan itu menjadi kekuatan besar webtoon.”
Saat membuat, Anda mulai dari cerita atau karakter?
“Saya biasanya mulai dari cerita, lalu menambahkan karakter. Namun, seiring berjalannya cerita, karakter kadang justru hidup sendiri dan mengarahkan narasi ke arah yang tak terduga. Umpan balik pembaca juga memainkan peran besar dalam perubahan tersebut.”