Hasil Penelitian LPPM Unsoed: Produk Olahan Carica Mampu Disulap untuk Tingkatkan Ekonomi dan Kapasitas SDM Desa Parikesit Wonosobo

Jedadulu
0

Produk olahan carica. (Foto: LPPM Unsoed)
 

JEDADULU.COM -- Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto telah melakukan penelitian tentang produksi aneka produk olahan dari carica berbasis zero waste (proses produksi tanpa limbah) sejak tahun 2017. Koordinator Pusat Inovasi dan Hilirisasi LPPM Unsoed, Dr. Santi Dwi Astuti, STP., M.Si., menyatakan Desa Parikesit, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, merupakan desa wisata dan sentra komoditas carica. 

Desa yang berada di dataran tinggi Dieng ini, seluruh masyarakatnya bertani, memiliki lahan pertanian yang hampir semuanya ditanami carica. Dr Santi mengungkapkan, seluruh bagian dari buah carica, termasuk pulp dan biji yang biasanya dibuang sebagai produk samping pengolahan koktail carica, telah dapat dibuat menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. 

"Carica di sini dibudidayakan sebagai tanaman sela, dengan tanaman utamanya yakni kentang. Di tahun 2025 ini, Pusat Inovasi dan Hilirisasi LPPM Unsoed melaksanakan Program Transformasi Teknologi dan Inovasi (PTTI) dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarat Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi," ujar Dr Santi dalam siaran pers, Senin (17/11/2025). 

Carica merupakan buah papaya gunung, bersifat indigenous, dan di dunia hanya tumbuh di tiga lokasi, yakni dua di Brasil dan satu tempat di Dieng, Indonesia. Carica kaya serat pangan, vitamin, dan antioksidan. Carica hanya bisa dikonsumsi setelah diolah dan produk olahan terbanyak adalah dalam bentuk koktail (potongan buah dalam larutan sirup). 

Menurut Ketua Program PTTI di Unsoed, Dr. Friska Citra Agustia, Program PPTI ditujukan untuk melakukan diseminasi, penerapan teknologi, dan pendampingan dalam: 1) pembuatan produk diversifikasi carica, hasil penelitian tim inovator Unsoed; 2) pengelolaan usaha kelompok produktif ekonomi; 3) pemasaran produk yang dijual oleh kelompok masyarakat produktif ekonomi Desa Parikesit. 

"Tim pelaksana program ini memiliki hasil penelitian yang telah mendapatkan HKI-paten (dengan status granted), yakni formula dan proses pembuatan minuman jeli carica fungsional rendah kalori. Selain itu, tim juga memiliki hasil penelitian yang sudah didaftarkan patennya, untuk produk diversifikasi lainnya, yakni selai, squash, ready to drink, dan es krim. Seluruh produk hasil penelitian telah mencapai TKT 6, telah siap diterapkan, khususnya di wilayah sentra carica," jelas Dr Friska.

Dr Friska menambahkan bahwa Program PTTI ini ditujukan bagi dua mitra sasaran yang tergolong produktif ekonomi, yaitu KWT Mekar Tani dan Bumdes Baladewa. KWT Mekar Tani telah mulai melakukan usaha produksi koktail carica sejak tahun 2012, dengan kapasitas produksi 50-150 kg carica segar per hari dan menghasilkan produk 1.500 dalam kemasan cup 110 ml. 

Usaha produksi dan pemasaran koktail carica ini, lanjut Dr Friska, menguntungkan karena desa ini berada di sentra pariwisata Dieng. 

Namun, sambung Dr Friska, saat ini ada sejumlah permasalahan yang dihadapi KWT Mekar Tani. Pertama, sejak pandemi Covid hingga saat ini, penjualan koktail carica menurun. Kedua, KWT memiliki keterbatasan iptek dan ketrampilan terkait produk diversifikasi carica dan cara pembuatan olahan carica selain koktail. Ketiga, keterbatasan peralatan dan mesin produksi untuk pengolahan carica. Lalu keempat, keterbatasan kemampuan pengelolaan usaha (produksi, pembukuan dan keuangan, pemasaran). Dan kelima, keterbatasan keterampilan untuk memasarkan produk carica. 

Bumdes Baladewa didirikan sejak tahun 2024 dan telah memiliki legalitas dari Kemenkumham sejak tahun 2025. Usaha utama dari Bumdes adalah Pamsimas (Penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat). Permasalahan utama dari Bumdes adalah pertama, unit usaha yang dikelola masih terbatas. Kedua, keterbatasan iptek dan keterampilan dalam mengelola usaha. Ketiga, keterbatasan iptek dan keterampilan pemasaran usaha.

Dr. Furqon, STP., M.Si., anggota tim pelaksana PTTI, menyampaikan bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan di Program PTTI untuk KWT adalah pelatihan, penerapan teknologi (praktik), dan pendampingan pada aspek produksi aneka olahan carica, aspek pengelolaan usaha produksi olahan carica multiproduk, dan aspek branding serta pemasaran olahan carica multiproduk khususnya secara online melalui e-commerce. 

"Produk-produk olahan carica yang dihasilkan telah dilengkapi dengan label dan kemasan, serta informasi nilai gizi; serta telah diuruskan untuk izin edar produk, yakni sertifikasi P-IRT dan halal. Untuk dapat memproduksi secara rutin, KWT difasilitasi peralatan pengolahan, mesin-mesin produksi, dan perlengkapan lainnya (freezer dan showcase)," jelas Dr Furqon. 

Anggota tim pelaksana lainnya, Dr. Istiqomah, SE., M.Si menambahkan bahwa teknologi yang diimplementasikan untuk Bumdes Baladewa adalah penerapan sistem informasi bagi pengelolaan Pamsimas berbasis website dan aplikasi smartphone. Penerapan teknologi ini diharapkan meningkatkan efisiensi pengelolaan, transparansi layanan, dan partisipasi masyarakat. 

"Tujuannya adalah untuk mempermudah pengelola dalam mengelola data pelanggan, pencatatan meter, pembuatan tagihan, serta melayani pelaporan dari masyarakat, sambil memberikan akses informasi yang cepat dan mudah dijangkau oleh masyarakat, seperti informasi tagihan dan perkembangan program. Unit usaha baru yang akan dikembangkan Bumdes untuk mendukung pariwisata di Desa Parikesit adalah Usaha Glamping," kata Dr Istiqomah menjelaskan. 

Selain itu, lanjut Dr Istiqomah, tujuan usaha ini adalah untuk memberikan pengalaman liburan unik yang mewah sekaligus dekat dengan alam, menarik minat wisatawan (khususnya milenial) yang mencari pengalaman baru, serta meningkatkan perekonomian lokal melalui penyediaan akomodasi dan jasa yang lebih nyaman daripada berkemah tradisional. "Untuk mendukung usaha baru ini, tim PTTI melaksanakan pelatihan dan pendampingan di aspek pengelolaan usaha, branding, dan pemasaran. "

Selanjutnya, Dr Santi mengungkapkan bahwa target luaran program PTTI ini meliputi peningkatan kapasitas produksi mitra dan kapasitas SDM mitra, terciptanya produk unggulan desa berbasis carica, legalitas usaha (PIRT dan Halal), serta terbentuknya kelembagaan usaha desa yang berdaya saing. 

Kontribusi masing-masing pihak dirancang secara sinergis: pemerintah desa memfasilitasi ruang untuk pelatihan dan dukungan kelembagaan; KWT Mekar Tani menyediakan ruang untuk produksi carica, tenaga kerja, dan bahan baku produksi; Bumdes Baladewa menyediakan tim bagi kegiatan persiapan produksi unit usaha baru, manajemen, dan pemasaran. "Program ini diharapkan mampu mendorong transformasi masyarakat desa dari pasif menjadi aktif, mandiri, dan berdaya saing, serta mengembangkan ekosistem agropreneurship berbasis teknologi dan komoditas lokal unggulan," cetus Dr Santi. 

Dr Santi menambahkan, secara strategis, program ini mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi terkait keterlibatan mahasiswa dan dosen di luar kampus, serta implementasi hasil riset. Selain itu, program ini sejalan dengan Asta Cita Pemerintah Indonesia, yakni: 1) melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri; 2) meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur. 

Selain itu, program ini juga mendukung tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yakni penerapan inovasi dan teknologi tepat guna berbasis komoditas lokal unggulan yang bernilai tambah dan berdaya saing bagi kelompok masyarakat produktif Desa Parikesit serta peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui optimalisasi potensi SDM dan SDA Desa Parikesit secara terukur dan berkelanjutan.


(***)



Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)